Senin, 31 Agustus 2020

Uraian Materi Pelajaran dan Latihan: Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi

 URAIAN MATERI PELAJARAN

Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi

Berikut ini adalah ciri kebahasaan teks eksposisi:

1.    Banyak menggunakan istilah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas

Teks eksposisi banyak mengguunakan istilah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Penggunaan istilah tersebut membatu penulis atau pembicara memperkuat gagasan yang disampaikan. Bila teks eksposisi membahas pendidikan, istilah yang muncul yang berkaitan dengan pendidikan, misalnya: karakter, kurikulum, standar kompetensi, kompetensi dasar, standar kompetensi lulusan, ketuntatasn minimal, afektif, kognitif, dll.  Istilah dalam bidang pertenian misalnya gulma, insektisida, pestisida, klorofil, hama, dll.


2.    Menggunakan Konjunsi Kausalitas

    Teks eksposisi menggunakan kata- kata yang menunjukkan hubungan penyebaban untuk menyatakan sesuatu yang argumentatif (konjungsi kausalitas). Contoh, jika, maka, sebab, disebabkan, karena, dengan demikian, akibatnya, dan oleh karena itu.


3.   Menggunakan Kata- Kata yang Menyatakan Hubungan Temporal ataupun Perbandingan/ Pertentangan

   Teks eksposisi menggunakan kata- kata yang menyatakan hubungan temporal ataupaun perbandingan/ pertentangan, seperti sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebaliknya, berbeda halnya, namun. Kata- kata itu digunakan untuk menyampaikan urutan argumentasi/ fakta ataupun penolakan/ penentangan terhadap argumen lainnya.

 

4.    Menggunakan Kata Kerja Mental

     Teks eksposisi menggunakan kata kerja mental, yakni kata kerja yang menyatakan kegiatan abstrak sebagai bentuk aktivitas pikiran. Misalnya memperhatikan, menggambarkan, mengetahui, memahami, bekeyakinan, berpikir, memperkirakan, mengaggumi, menduga, berpendapat, berasumsi, menyimpulkan.

5.    Menggunakan kata- kata perujukan, seperti menurut, berdasarkan, merujuk.

6.    Menggunakan kata- kata persuasif, seperti hendaklah, sebaiknya, diharapkan, perlu, harus, dan seharusnya. 

Sumber: Engkos Kosasih, 2019. Bahasa Indoesia Kelas X dengan peambahan seperlunya

 

LATIHAN

Menelaah Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi

Petunjuk Siswa: Bacalah teks eksposisi berjudul Membumikan Pendidikan Karakter karya Amin Mustofa ini. Klik link: http://suarabojonegoro.com/baca/2019/03/18/membumikan-pendidikan-karakter. Setelah membaca, temukanlah kaidah kebahasaan teks tersebut. Untuk memudahkan kamu menemukan kaidah kebahasaannya, gunakanlah enam perintah di bawah ini!

 

1.    Temukanlah minimal lima istilah yang berkaitan dengan dengan permasalahan yang dibahas. Tulis pula arti istilah tersebut!

2.    Temukanlah tiga kalimat yang di dalamnya terdapat konjungsi kausalitas!

3.    Temukanlah tiga kalimat yang di dalamnnya terdapat kata yang menyatakan hubungan temporal ataupun perbandingan/ pertentangan!

4.    Temukanlah tiga kalimat yang di dalamnya terdapat kata kerja mental!

5.    Temukanlah tiga kata perujukan dalam teks eksposisi tersebut!

6.    Temukanlah tiga kalimat yang di dalamnya terdapat kata- kata persuasif!

 

 

MATERI PEMBELAJARAN DAN TUGAS SISWA "MENGUNGKAPKAN STRUKTUR TEKS EKSPOSISI"

MATERI PEMBELAJARAN


Mengungkapkan Struktur Teks Eksposisi

Teks eksposisi merupakan teks yang dibangun oleh pendapat atau opini. Sejalan dengan isi teks eksposisi, struktur teks eksposisi meliputi (a) tesis atau penyataan pendapat, (b) argumentasi, dan (c) penegasan ulang.

Tesis atau pernyataan pendapat adalah bagian pembuka dalam teks eksposisi. Bagian tersebut berisi pendapat umum yang disampaikan penulis terhadap permasalahan yang diangkat dalam teks eksposisi.

Argumentasi merupakan unsur penjelas untuk mendukung tesis yang disampaikan. Argumentasi dapat berupa alasan logis, data hasil temuan, fakta-fakta, bahkan pernyataan para ahli. Argumen yang baik harus mampu mendukung pendapat yang disampaikan penulis atau pembicara. 

Bagian terakhir adalah penegasan ulang, yaitu bagian yang bertujuan menegaskan pendapat awal serta menambah rekomendasi atau saran terhadap permasalahan yang diangkat.

Berikut ini kamu akan belajar mengidentifikasi struktur teks eksposisi Pembangunan dan Bencana Lingkungan. Langkah pertama, bacalah teks “Pembangunan dan Bencana Lingkungan berikut ini setelah itu kita analisis strukturnya. 

Pembangunan dan Bencana Lingkungan

Bumi saat ini sedang menghadapi berbagai masalah lingkungan yang serius. Enam masalah lingkungan yang utama tersebut adalah ledakan jumlah penduduk, penipisan sumber daya alam, perubahan iklim global, kepunahan tumbuhan dan hewan, kerusakan habitat alam, serta peningkatan polusi dan kemiskinan. Dari hal itu dapat dibayangkan betapa besar kerusakan alam yang terjadi karena jumlah populasi yang besar, konsumsi sumber daya alam dan polusi yang meningkat, sedangkan teknologi saat ini belum dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktik pembangunan yang tidak memerhatikan kelestarian alam, atau disebut pembangunan yang tidak berkelanjutan. Seharusnya, konsep pembangunan adalah memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.

Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan pada saat ini ternyata jauh dari harapan. Kesulitan penerapannya terutama terjadi di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Sebagai contoh, setiap tahun di negara kita diperkirakan terjadi penebangan hutan seluas 3.180.243 ha (atau seluas 50 kali luas kota Jakarta). Hal ini juga diikuti oleh punahnya flora dan fauna langka. Kenyataan ini sangat jelas menggambarkan kehancuran alam yang terjadi saat ini yang diikuti bencana bagi manusia.

Pada tahun 2005 - 2006 tercatat, telah terjadi 330 bencana banjir, 69 bencana tanah longsor, 7 bencana letusan gunung berapi, 241 gempa bumi, dan 13 bencana tsunami. Bencana longsor dan banjir itu disebabkan oleh perusakan hutan dan pembangunan yang mengabaikan kondisi alam.

Bencana alam lain yang menimbulkan jumlah korban banyak terjadi karena praktik pembangunan yang dilakukan tanpa memerhatikan potensi bencana. Misalnya, banjir yang terjadi di Jakarta pada Februari 2007, dapat dipahami sebagai dampak pembangunan kota yang mengabaikan pelestarian lingkungan.

Menurut tim ahli Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, penyebab utama banjir di Jakarta ialah pembangunan kota yang mengabaikan fungsi daerah resapan air dan tampungan air. Hal ini diperparah dengan saluran drainase kota yang tidak terencana dan tidak terawat serta tumpukan sampah dan limbah di sungai. Akhirnya, debit air hujan yang tinggi menyebabkan bencana banjir yang tidak terelakkan.

Masalah lingkungan di atas merupakan masalah serius yang harus segera diatasi. Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi bumi.



Teks eksposisi Pembangunan dan Bencana Lingkungan tersebut, setrukturnya adalah sebagai berikut:

1.   Tesis/ Pernyataan pendapat

Bumi saat ini sedang menghadapi berbagai masalah lingkungan yang serius. Enam masalah lingkungan yang utama adalah ledakan jumlah penduduk, penipisan sumber daya alam, perubahan iklim global, kepunahan tumbuhan  dan  hewan,   kerusakan   habitat   alam,   serta peningkatan polusi dan kemiskinan polusi dan kemiskinan. Dari hal itu dapat dibayangkan betapa besar kerusakan alam yang terjadi karena jumlah populasi yang besar, konsumsi sumber daya alam dan polusi yang meningkat, sedangkan teknologi saat ini belum dapat menyelesaikan permasalahan tersebut

 

2.   Argumentasi

Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktik pembangunan yang tidak memerhatikan kelestarian alam, atau  disebut pembangunan yang tidak berkelanjutan. Seharusnya, konsep pembangunan adalah memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya

 

Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan pada saat ini ternyata jauh dari harapan. Kesulitan penerapannya terutama terjadi di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Sebagai contoh, setiap tahun di negara kita diperkirakan terjadi penebangan hutan seluas 3.180.243 ha (atau seluas 50 kali luas kota Jakarta). Hal ini juga diikuti oleh punahnya flora dan fauna langka. Kenyataan ini sangat jelas menggambarkan kehancuran alam yang terjadi saat ini yang diikuti bencana bagi manusia

 

Pada tahun 2005 - 2006 tercatat terjadi 330 bencana banjir,

69 bencana tanah longsor, 7 bencana letusan gunung berapi, 241 gempa bumi, dan 13 bencana tsunami. Bencana longsor dan banjir itu disebabkan oleh perusakan hutan dan pembangunan yang mengabaikan kondisi alam.

 

Bencana alam lain yang menimbulkan jumlah korban banyak terjadi karena praktik pembangunan yang dilakukan tanpa memerhatikan potensi bencana. Misalnya, banjir yang terjadi di Jakarta pada Februari 2007, dapat dipahami sebagai dampak pembangunan kota yang mengabaikan kerusakan lingkungan dan bencana alam.

 

Menurut tim ahli Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, penyebab utama banjir di Jakarta ialah pembangunan kota yang mengabaikan fungsi daerah resapan air dan tampungan air. Hal ini diperparah dengan saluran drainase kota yang tidak terencana dan tidak terawat serta tumpukan sampah dan limbah di sungai. Akhirnya, debit air hujan yang tinggi menyebabkan bencana banjir yang tidak terelakkan.

 

 

3.   Penegasan Ulang dan Rekomendasi

 Masalah lingkungan di atas merupakan masalah serius yang harus segera diatasi. Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi bumi.

 



TUGAS SISWA

Mengungkapkan Struktur Teks Eksposisi

Petunjuk untuk siswa:

Setelah kalian membaca materi Mengungkapkan Struktur Teks Eksposisi di atas, berlatihlah mengungkapkan struktur teks eksposisi yang berjudul Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup ini (tentukan bagian mana yang merupakan tesis/ pernyataan pendapat, argumentasi, penegasan ulang dan rekomendasi)!

 


Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup
Permasalahan seputar lingkungan hidup selalu terdengar mengemuka. Kejadian demi kejadian yang dialami di dalam negeri telah memberi dampak yang sangat besar. Tidak sedikit kerugian yang dialami, termasuk nyawa manusia. Namun, hal yang perlu dipertanyakan, apakah pengalaman tersebut sudah cukup menyadarkan manusia untuk melihat kesalahan dalam dirinya? Ataukah manusia justru merasa lebih nyaman dengan sikap menghindar dan menyelamatkan diri dengan tidak memberikan solusi yang lebih baik dan lebih tepat lagi?
Banyak usaha yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Upaya yang dimaksud adalah upaya rekonsiliasi, perubahan konsep atau pemahaman tentang alam, dan menanamkan budaya pelestari.

Upaya Rekonsiliasi
Kerusakan lingkungan hidup dan efeknya terus berlangsung dan terjadi. Manusia cenderung untuk menangisi nasibnya. Lama-kelamaan tangisan terhadap nasib itu terlupakan dan dianggap sebagai embusan angin yang berlalu. Bekas tangisan karena efek dari kerusakan lingkungan yang dialaminya hanya tinggal menjadi suatu memori untuk dikisahkan. Namun, perlu diingat bahwa tidaklah cukup jika manusia hanya sebatas menangisi nasibnya, tetapi pada kenyataannya tidak pernah sadar bahwa semua kejadian tersebut adalah hasil dari perilaku dan  tindakan yang patut diperbaiki dan diubah.
Setiap peristiwa dan kejadian alam yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan hidup merupakan suatu pertanda bahwa manusia mesti sadar dan berubah. Upaya rekonsiliasi menjadi suatu sumbangan positif yang perlu disadari. Tanpa sikap rekonsiliasi, kejadian-kejadian alam sebagai akibat kerusakan lingkungan hidup hanya akan menjadi langganan yang terus-menerus dialami.
Lalu, usaha manusia untuk selalu menghindarkan diri dari akibat kerusakan lingkungan hidup tersebut hendaknya bukan dipahami sebagai suatu kenyamanan saja. Akan tetapi, justru kesempatan itu menjadi titik tolak untuk memulai suatu perubahan. Perubahan untuk dapat mencegah dan meminimalisasi efek yang lebih besar. Jadi, sikap rekonsiliasi dari pihak manusia dapat memungkinkannya melakukan perubahan demi kenyamanan di tengah-tengah lingkungan hidupnya.

            Perubahan Konsep atau Pemahaman Manusia tentang Alam

Salah satu akar permasalahan seputar kerusakan lingkungan hidup adalah terjadinya pergeseran pemahaman manusia tentang alam. Berbagai fakta kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di tanah air adalah hasil dari suatu pergeseran pemahaman manusia tentang alam. Cara pandang tersebut melahirkan tindakan yang salah dan membahayakan. Misalnya, konsep tentang alam sebagai objek. Konsep ini memberi indikasi bahwa manusia cenderung untuk mempergunakan alam seenaknya. Tindakan dan perilaku manusia dalam mengeksplorasi alam terus terjadi tanpa disertai suatu pertanggungjawaban bahwa alam perlu dijaga keutuhan dan kelestariannya. Banyak binatang yang seharusnya dilindungi justru menjadi korban perburuan manusia yang tidak bertanggung jawab. Pembalakan liar yang terjadi pun tak dapat dibendung lagi. Pencemaran tanah dan air sudah menjadi kebiasaan yang terus dilakukan. Polusi udara sudah tidak disadari bahwa di dalamnya terdapat kandungan toksin yang membahayakan. Jadi, alam merupakan objek yang terus menerus dieksploitasi dan dipergunakan manusia.

Berdasarkan kenyatan demikian, diperlukan suatu perubahan konsep baru. Konsep yang dimaksud adalah melihat alam sebagai subjek. Konsep alam sebagai subjek berarti manusia dalam mempergunakan alam membutuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab. Di sini seharusnya manusia dalam hidupnya dapat menghargai dan mempergunakan alam secara efektif dan bijaksana. Misalnya, orang Papua memahami alam sebagai ibu yang memberi kehidupan. Artinya, alam dilihat sebagai ibu yang darinya manusia dapat memperoleh kehidupan. Oleh karena itu, tindakan merusak lingkungan secara tidak langsung telah merusak kehidupan itu sendiri


Sumber: Suherli dkk. Bahasa Indonesia

Sabtu, 29 Agustus 2020

TUGAS MENDATA INFORMASI DAN MENENTUKAN HAL MENARIK DALAM NOVEL SEJARAH


Bacalah kutipan teks novel sejarah “Gajah Mada Bergelut dalam Takhta dan Angkara” berikut ini untuk menjawab soal nomor 1—5!

Gajah Mada Bergelut dalam Takhta dan Angkara

                ...

                Cerita macam itu berkembang ke arah salah kaprah. Entah siapakah yang bercerita, kabut tebal itu memang disengaja oleh para dewa kayangan agar wajah cantik para bidadari yang turun dari kayangan melalui pelangi jangan sampai dipergoki manusia. Para bidadari itu turun untuk memberikan penghormatan kepada satu- satunya wanita di dunia yang terpilih sebagai Sang Ardhanareswari, yang berarti wanita utama yang menurunkan raja- raja besar di tanah Jawa ini. Maklum, sebagai Ardhanareswari, Ken Dedes adalah titisan dari Padnya Paramita, dewi ilmu pengetahuan. Apa benar kabut tebal itu turun karena para bidadari turun dari langit? Gajah Mada tidak bisa menyembunyikan senyumnya dari kenangan kakek tua, yang menuturkan cerita itu dan mengaku memergoki para bidadari itu, lalu mengambil salah seorang di antara mereka menjadi istrinya. Gajah Mada ingat, anak kakek tua itu perempuan semua dan jelek semua, sama sekali tidak ada pertanda titisan bidadari.

                “Mirip cerita Jaka Tarub saja,” gumam Gajah Mada sekali lagi untuk diri sendiri. “Lagi pula , setahuku tidak pernah ada pelangi di malam hari. Pelangi itu munculnya selalu siang dan ketika sedang turun hujan lagi.”

Labih jauh soal kabut tebal pula, konon ketika Calon Arang, si perempuan penyihir dari Ghirah marah dan menebar tenung, kabut amat tebal membawa penyakit turun tak hanya di wilayah tertentu. Namun, meraya di seluruh negara, menyebabkan Prabu Airlangga dan Patih Narottama kebingungan dan terpaksa minta bantuan kepada Empu Barada untuk meredam sepak terjang wanita menakutkan itu. Empu Barada benar- benar sakti. Empu itu menebas pelepah daun keluwih yang melayang terbang ketika dibacakan japa mantra. Beralaskan pelepah dauh itulah, Empu Barada terbang membumbung ke langit dan memperhatikan seberapa luas kabut pembawa tenung dan penyakit. Empu Barada melihat, ampak ampak pedhut itu memang sangat luas dan menelan luas segara dari ujung ke ujung. Untunglah cahaya Hyang Bagaskara yang datang di pagi harinya mampu mengusir kabut itu menjauh tanpa tersisa jejaknya sedikit pun.

                “Hanya sebuah dongeng,” gumam gajah Mada untuk diri sendiri. Kabut tebal itu memang mengurangi jarak pandang dan mengganggu siapa pun untuk mengetahui keadaan di sekitarnya. Ketika sebelumnya siapa pun tak sempat memikirkan, itulah saatnya saiapa pun mendadak merasakan bagaimana menjadi orang buta yang tidak bisa melihat apa- apa. Pada wilayah yang kabutnya benar- benar tebal, untuk mengenali benda- benda di sekitarnya harus dengan meraba- raba.

                Akan tetapi tudak demikian dengan anjing yang menggonggong sahut- sahutan ramai sekali. Apa yang dilakukan anjing itu, laporannya akhirnya sampai ke telinga Gajah Mada. Gajah Enggon yang meminta izin untuk bertemu segera melepas warastra, sanderan dengan ciri- ciri khusus yang dibalas Gajah Mada dengan anak panah yang sama melalui isyarat pula. Dari jawaban anak panah itu, Gajah Enggon dan Gagak Bongol mengetahui di mana Gajah Mada berada. Gagak Bongol dan Enggon segera melaporkan temuannya.

                “Ditemukan mayat lagi, Kakang Gajah,” Gajah Enggon melaporkan. Gajah Mada memandangi wajah samar- samar di depannya. “Mayat siapa?”

                “Prajurit bernama Klabang Gendis mati dengan anak panah menancap tepat di tenggorokannya. Tak ada jejak perkelahian apa pun, sasaran menjadi korban tanpa menyadari bidikan anak panah tertuju kepadanya.”

Gajah Mada merasa tak nyaman memperoleh laporan itu. Orang yang mampu melepas anak panah dengan sasaran sulit pastilah orang yang sangat menguasai sifat gendewa dan anak panahnya. Orang yang mampu melakukan hal khusus semacam itu amat terbatas dan umumnya ada di barisan pasukan hayangkara. Adakah prajurit Bhayangkara yang terlibat?

“Dan kami temukan mayat kedua,” Gagak Bongol menambahkan.

“Pelaku pembunuhan banak panah itu mati dipatuk ular. Mayatnya dicabik- cabik beberapa ekor anjing. Pembunuhan yang terbunuh ini, menyisakan jejak rasa kecewa di hati kita, Kakang. Aku tahu, Kakang Gajah pasti kecewa mengetahui siapa dia?”

Gajah Mada menengadah mamandang langit. Namun, tak ada apa pun yang tampak kecuali warna pedhut yang makin menghitam legam.

“Bhayangkara?”

“Ya,” jawab gagak Bongol. “Siapa?” lanjut Gajah Mada.

Gagak Bongol dan Senopati Gajah Enggon tidak segera menjawab dan memberikan kesempatan kepada patih Daha Gajah Mada untuk menemukan sendiri jawabannya. Namun, pembunuhan yang mati dipatuk ular itu tentu berada di barisan yang tersisa dari nama- nama prajurit Bhayangkara yang pernah dipimpinnya. Nama- nama itu adalah Bhayangkara Lembu Pulung, Panjang Sumprit, Kartika Sinumpang, Jabaya, Pradhabasu, Lembang Laut, Riung Samudra, Gajah Geneng, Gajah Enggon, Macan Liwung, dan gagak Bongol. Panji Saprang yang berkhianat dan menjadi kaki tangan Rakrian Kuti mati dibunuh Gajah Mada di terowongan bawah tanah ketika pontang- panting menyelamatkan Sri Jayanegara. Bhayangkara Risang Panjer Lawang gugur di Mojoagung, dibunuh dengan cara licik oleh pengkhianat kaki tangan Ra Kuti. Selanjutnya, Mahisa Kingkin terbunuh oleh Gagak Bongol sebagai korban fitnah di Hangawiyat. Terakhir, Singa Parepen atau Bango Lumayang yang berkhianat mati dibunuh oleh Bedander ketika kamanungsan sebagai pengkhianat.

...

                Setelah membaca kutipan novel sejarah “Gajah Mada Bergelut dalam Takhta dan Angkara” tersebut, jawablah pertanyaan- pertanyaan berikut!

1.    Kapankah latar waktu cerita dalam kutipan novel sejarah di atas dibuat?

2.    Di manakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat?

3.    Peristiwa apa sajakah yang dikisahkan?

4.    Siapa sajakah tokoh yang terlibat dalam penceritaan?

5.    Di bagian apa sajakah yang menandakan bahwa novel tersebut tergolong ke dalam novel sejarah?

6.    Jelaskan persamaan novel sejarah dengan teks sejarah?

7.    Jelaskan perbedaan noel sejarah dengan teks sejarah?


Sumber: Maman Suryaman, dkk, Bahasa Indonesia XII, Puskurbuk Balitbang Kemdikbud

Mendata Informasi dan Menemukan Hal Menarik dalam Teks Cerita Sejarah (Materi Bindo Kelas XII)

 

           Pendahuluan

Kata kunci: teks cerita sejarah/ novel sejarah

Cerita sejarah ini bukanlah pelajaran teks sejarah seperti sejarah Indonesia atau sejarah kebudayaan Islam. Cerita sejarah yang dimaksudkan dalam pelajaran ini adalah novel yang mengangkat peristiwa atau tokoh sejarah dalam dunia nyata menjadi cerita fiksi (dalam novel). Bahan baku cerita ini adalah tokoh dan peristiwa sejarah kemudian oleh pengarang diangkat menjadi cerita novel dibumbui fantasi, khayalan biar menarik. Ini berarti dalam novel ini, ada fakta sejarah dan fiksinya.  Dikatakan fakta sejarah karena tokoh atau peristiwa yang diangkatnya memang benar- benar pernah ada. Dikatakan fiksi karena dalam novel ini diberi fantasi, khayalan oleh pengarang agar ceritanya menarik.

Novel sejarah merupakan sebuah genre yang penting dan sering ditulis di negara- negara Barat. Negara- negara tersebut menanamkan pentingnya sejarah dalam pendidikan. Novel sejarah membantu memperkenalkan dan mengakrabkan suatu masyarakat pada masa lalu bangsanya. Dengan demikian, pendidikan dalam novel dapat menanamkan akar pada bangsanya.

Seorang sastrawan yang sering kali menggunakan kata- kata sejarah sebagai latar belakang untuk mengisahkan tokoh- tokoh fiksinya bermksud untuk mengisahkan kembali seorang tokoh sejarah dalam berbagai dimensi kehidupannya, seperti emosi pribadi tokoh, tragedi yang menimpanya, kehidupan pribadi dan masyarakat, serta pandangan politiknya. Misalnya nove Roro Mendut versi Mangunwijaya dan versi Ajip Rosidil Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Segala Bangsa, dan Rumah Kaca karya Pramodedya Ananta Toer; Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. yang mengisahkan kehidupan Soekarno ketika menjalin kehidupan rumah tangga dengan Inggit Ganarsih; novel Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil karya Remy Silado. Contoh lain novel The da Vinci Code karya Dan Brown.

Novel sejarah adalah novel yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal- musal atau latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan, bisa bersifat naratif atau deskriptof. Novel sejarah termasuk dalam teks naratif jika disajikan dengan menggunakan urutan peristiwa dan urutan waktu. Namun, jika novel sejarah disajikan secara simbolis verbal, novel tergolong ke dalam teks deskriptif.

 

Mengidentifikasi Informasi dalam Teks Cerita Sejarah

Pernahkan kamu membaca novel berlatar belakang sejarah? Misalnya, novel Arus Balik dan Mangir karya Pramoedya Ananta Toeratau novel- novel sejarah lain yang berlatar belakang sejarah Kerjaan Majapahit berjudul Kemelut Majapahit karya SH. Mintarja.

Membaca novel (termasuk novel sejarah) dapat dilakukan dengan cepat. Perlu diusahakan agar membaca novel selesai dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, satu jam selesai sebagai tahap pengenalan dengan membaca cepat. Perlu ditumbuhkan kesadaran terhadap diri sediri bahwa membaca pada mulanya berat, tetapi jika sudah terbiasa akan menjadi ringan. Orang- orang yang sudah terbuasa membaca akan dengan mudah membaca novel dengan cepat.

Novel sejarah dapat dikategorikan sebagai novel ulang (rekon). Supaya tidak terjadi kesalahpahaman atas frasa “novel ulang”, berikut ini penjelasan tentang jenis- jenis novel ulang. Berdasarkan jenisnya, novel ulang terdiri atas tiga jenis, yakni rekon pribadi, rekon faktual, dan rekon imajinatif.

1.    Rekon pribadi adalah novel yang memuat kejadian dan penulisnya terlibat secara langsung.

2.  Rekon faktual (informasional) adalah novel yang memuat kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain- lain.

3.  Rekon imajinatif adalah novel yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan dan diceritakan secara lebih rinci.

Berdasarkan penjelasan di atas, novel sejarah tergolong ke dalam rekon imajinatif. Artinya, novel tersebut didasarkan atas fakta- fakta sejarah yang kemudian dikisahkan kembali dengan sudut pandang lain yang tidak tidak muncul  dalam fakta sejarah. Misalnya, kegemaran, emosi. dan keluarga.

Dalam menikmati novel sejarah, mula- mula kamu membacanya secara cepat. Dalam hal ini kamu dapat mengamati bagian tokoh sejarah yang dikisahkan, karakter yang digambarkan, dan kejadiannya, misalnya, setelah membaca novel Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H terbitan Sinar Harapan tahun 1981, kamu mampu mengenali bahwa novel ini sangat dekat dengan sejarah. Data- data faktual, seperti tempat kejadian dan tokohnya, benar adanya.

Ramadhan K.H. kemudian merekonstruksinya menjadi novel. Novel ini mengisahkan cerita romantis Ibu Inggit dengan Soekarno (Bapak Proklamator Indonesia). Imajinasi pengarang muncul saat ingin memberikan makna tentang peran Ibu Inggit dalam pembentukan seorang pribadi yang kelak akan menjadi presiden pertama negeri ini. Ibu Inggit-lah yang mengayomi, memelihara, dan mengantar Soekarno ke dalam kedudukannya sebagai tokoh nasional. Peran ini bukanlah sebagai “kawan politik”, tetapi sebagai dua sosok yang saling memahami.

Inggit Grnasih yang usinya 12 tahun lebih tua dari Soekarno berperan sebagai istri, kawan, dan ibu yang menginginkan setiap suami, sabahat, dan anak sukses dalam kehidupannya. Peran ini dapat dijalankan secara simpatik oleh Inggit. Soekarno di dalam asuhan kejiwaan ibu Inggit dapat diantarkan ke pintu gerbang pucuk pimpinan nasional. Secara simbolis mengandung makna bahwa Ibu Inggit benar- benar mendampingin suaminya selama masaterberatnya dalam perjuangan. Seokarno dibentuk oleh Ibu Inggit menjelma menjadi pimpinan bangsa. Inilah yang diimajinasikan oleh pengarang, yang secara historis, simbolisasi ini tidak muncul dalam buku- buku sejarah tentang Soekarno dan tentang Inggit Garnasih: bahwa ibu Inggit memagang peranan besar dalam riwayat pembentukan negeri ini. Hanya perannya tidak muncul ke publik karena lebih banyak di belakang layar, “Bagai seorang ibu yang hanya memberi, tetapi tidak pernah meminya.” Ibu Inggit adalah Ibu Indonesia dalam menjelmakan seseorang menjadi pemipin besar.

Plot penceritaan novel sangat bergantung pada tokoh Soekarno selama perjuangannya untuk menjadi tokoh politik penting Indonesia. Tokoh Inggit digunakan hanay untuk mengisahkan kejadian di sekitar Soekarno dan mengungkapkan perasaan dan pikiran seorang istri pejuang nasional yang kurang dikenal secara publik.

 

Mendata Informasi dalam Teks Cerita Sejarah

Kegiatan mendata informasi penting dalam novel sejarah tentu akan berbeda dengan mendata informasi penting dalam teks sejarah. Informasi penting dalam novel sejarah lebih mengarang kepada fakta sejarah yang dijadikan latar penceritaan serta imajinasi penulis atas fakta tersebut. Seperti dipaparkan pada pengantar sebelumnya, novel Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. mengandung fakta sejarah tentang masa perjuangan awal Soekarno dan kehidupan rumah tangganya dengan Inggit Garnasih . Di samping tokoh, fakta sejarah yang digunakan adalah latar tempat, seperti Sukamiskin (sebuah nama kecamatan di Kota Bandung dan juga menjadi nama Lapas), Banceuy sebuah nama kelurahan di Bandung dekat alun- alun Kota Bandung serta Kota Bandung itu sendiri, Surabaya saat Soekarno melakukan perjalanan dengan kereta api,, Endeh dengan membentuk rombongan sandiwara kisah perjalanan dari Bengkulu ke Padang.

Pusat penceriraan novel sejarah Kuantar ke Gerbang terletak pada tokoh Soekarno. Namun, bukan tentang Soekarno itu sendiri, melainkan kisah kejadian di sekitarnya. Imajinasi pengarang ini secara leluasa banyak mengungkapkan perasaan dan pikiran tokoh Inggit Garnasih. Menurut Sumardjo (1991:57), imajinasi pengarang terhadap tokoh Inggit Garnasih dengan jasa- jasanya sering berubah mennjadi semacam gugatan meskipun ini tak banyak dan hadir secara tersamar (implisit, pen.). Kesan Jacob Sumardjo sangat beralasan karena dalam buku- buku sejarah tentang Soekarno, Inggit Garnasih sangat jarang dikupas. Padahal, jasa- jasanya sangat besar dalam mengantarkan Soekarno ke panggung politik nasional dan menjadi Bapak Bangsa. Penulis mengharapkan agar Inggit Garnasih semakin banyak dikupas dalam sejarah Indonesia.


Menemukan Hal Menarik dalam Novel Sejarah

Ketiga mendengarkan pembacaan kutipan novel, tentulah terdapat bagian- bagian yang menarik. Kemenarikan itu dapat berupa waktu, tempat, tokoh yang mungkin bagi sebagian orang tidak asing.

Untuk mengukur kemampuan mendengarkan, jawablah pertanyaan- pertanyaan berikut:

1.    Kapan latar waktu certa dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat?

2.    Di manakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat?

3.    Peristiwa apa sajakah yang dikisahkan?

4.    Siapa saja tokoh yang terlibat dalam penceritaan?

5.    Di agian apa sajakah yang menandakan bahwa novel tersebut tergollong ke dalam novel sejarah?

 

Sumber: Maman Suryaman, dkk. Buku Bahasa Indonesia XII. Puskurbuk Balitbang Kemdikbud



TUGAS MENGINTERPRETASI TEKS EKSPOSISI

 

Menginterpretasi Teks Eksposisi

Bacalah teks eksposisi berjudul “Pembangunan dan Bencana Lingkungan” berikut!

Teks ini untuk menjawab soal nomor 1—6!

 

Pembangunan dan Bencana Lingkungan

Bumi saat ini sedang menghadapi berbagai masalah lingkungan yang serius. Enam masalah lingkungan yang utama tersebut adalah ledakan jumlah penduduk, penipisan sumber daya alam, perubahan iklim global, kepunahan tumbuhan dan hewan, kerusakan habitat alam, serta peningkatan polusi dan kemiskinan. Dari hal itu dapat dibayangkan betapa besar kerusakan alam yang terjadi karena jumlah populasi yang besar, konsumsi sumber daya alam dan polusi yang meningkat, sedangkan teknologi saat ini belum dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktik pembangunan yang tidak memerhatikan kelestarian alam, atau disebut pembangunan yang tidak berkelanjutan. Seharusnya, konsep pembangunan adalah memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.

Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan pada saat ini ternyata jauh dari harapan. Kesulitan penerapannya terutama terjadi di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Sebagai contoh, setiap tahun di negara kita diperkirakan terjadi penebangan hutan seluas 3.180.243 ha (atau seluas 50 kali luas kota Jakarta). Hal ini juga diikuti oleh punahnya f lora dan fauna langka. Kenyataan ini sangat jelas menggambarkan kehancuran alam yang terjadi saat ini yang diikuti bencana bagi manusia.

Pada tahun 2005 - 2006 tercatat, telah terjadi 330 bencana banjir, 69 bencana tanah longsor, 7 bencana letusan gunung berapi, 241 gempa bumi, dan 13 bencana tsunami. Bencana longsor dan banjir itu disebabkan oleh perusakan hutan dan pembangunan yang mengabaikan kondisi alam.

Bencana alam lain yang menimbulkan jumlah korban banyak terjadi karena praktik pembangunan yang dilakukan tanpa memerhatikan potensi bencana. Misalnya, banjir yang terjadi di Jakarta pada Februari 2007, dapat dipahami sebagai dampak pembangunan kota yang mengabaikan pelestarian lingkungan.

Menurut tim ahli Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, penyebab utama banjir di Jakarta ialah pembangunan kota yang mengabaikan fungsi daerah resapan air dan tampungan air. Hal ini diperparah dengan saluran drainase kota yang tidak terencana dan tidak terawat serta tumpukan sampah dan limbah di sungai. Akhirnya, debit air hujan yang tinggi menyebabkan bencana banjir yang tidak terelakkan.

Masalah lingkungan di atas merupakan masalah serius yang harus segera diatasi. Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi bumi.

 

1.    Tentukan pendapat yang disampaikan penulis dalam teks eksposisi “Pembangunan dan Bencana Lingkungan” tersebut!

2.    Tentukan tiga argumen yang disampaikan oleh penulis dalam teks eksposisi “Pembangunan dan Bencana Lingkungan” tersebut!

3.    Tentukan rekomendasi penulis dalam teks eksposisi “Pembangunan dan Bencana Lingkungan tersebut!

4.    Bagaimana tanggapanmu terhadap rekomendasi penulis teks eksposisi “Pembangunan dan Bencana Lingkungan” tersebut?

5.    Temukan tiga kalimat fakta dalam teks eksposisi “Pembangunan dan Bencana Lingkungan” tersebut!

6.    Temukan tiga kalimat opini dalam teks eksposisi “Pembangunan dan Bencana Lingkungan” tersebut!


Sumber: Suherli dkk. 2017. Bahasa Indonesia Kelas X