Minggu, 04 Oktober 2020

Mengidentifikasi Informasi Berupa Permasalahan Aktual yang Disajikan dalam Ceramah (Teks Ceramah Pertemuan I)

 

Materi ini bersumber dari Suherli, dkk. Bahasa Indonesia Kelas XI. Puskurbuk Kemdikbud

Pernahkah kamu memiliki keinginan untuk tampil di depan umum? Jika ingin tampil di depan umum, salah satu kegiatan berbicara yang bisa kamu lakukan adalah ceramah. Dengan berceramah, kita akan membagi pengetahuan dari apa yang kita kuasai. Bahkan, melalui ceramah, kita dapat berbagi ilmu yang kita miliki kepada orang lain. Jadi, aktivitas ceramah sangat bermanfaat, bukan?

Kegiatan I

Memahami Informasi dan Permasalahan yang Didengar atau yang Dibaca


Perhatikan teks di bawah ini!

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang berbahagia,

Pemilihan kata-kata oleh masyarakat akhir-akhir ini cenderung semakin menurun kesantunannya dibandingkan dengan zaman saya dahulu ketika kanak-kanak. Hal tersebut tampak pada ungkapan-ungkapan pada banyak kalangan dalam menyatakan pendapat dan perasaannya, seperti ketika berdemonstrasi ataupun rapat-rapat umum. Kata-kata mereka kasar atau bertendensi menyerang. Tentu saja, hal itu sangat menggores hati yang menerimanya.

Gejala yang sama terlihat pula pada penggunaan bahasa oleh para politisi kita, misalnya ketika melontarkan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Tanggapan-tanggapan mereka terdengar pedas, vulgar, dan beberapa di antaranya cenderung provokatif. Padahal sebelumnya, pada zaman pemerintahan Orde Baru, pemakaian bahasa dibingkai secara santun lewat pemilihan kata yang dihaluskan maknanya (epimistis).

Kita pun tentu gelisah sebagai orang tua. Kita sering menyaksikan kebiasaan berbahasa anak-anak dan para remaja yang kasar dengan dibumbui sebutan-sebutan antarsesama yang sangat miris untuk didengar. Fenomena tersebut menunjukkan adanya penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. Ketidaksantunan berkaitan pula dengan rendahnya penghayatan masyarakat terhadap budayanya sebab kesantunan berbahasa itu tidak hanya berkaitan dengan ketepatan dalam pemilikan kata ataupun kalimat. Kesantunan itu berkaitan pula dengan adat pergaulan yang berlaku dalam masyarakat itu.

Penyebab utamanya adalah perkembangan masyarakat yang sudah tidak menghiraukan perubahan nilai-nilai kesantunan dan tata krama dalam suatu masyarakat. Misalnya, kesantunan (tata krama) yang berlaku pada zaman kerajaan yang berbeda dengan yang berlangsung pada masa kemerdekaan dan pada masa kini. Kesantunan juga berkaitan dengan tempat: nilai-nilai kesantunan di kantor berbeda dengan di pasar, di terminal, dan di rumah.

Pergaulan global dan pertukaran informasi juga membawa pengaruh pada pergeseran budaya, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai kesantunan itu. Fenomena demikian menyebabkan para remaja dan anggota masyarakat lainnya gamang dalam berbahasa. Pada akhirnya mereka memiliki kaidah berbahasa yang mereka anggap bergengsi, tanpa mengindahkan kaidah bahasa yang sesungguhnya.

Sejalandenganperubahanwaktudantantanganglobal, banyak hambatan dalam upaya pembelajaran tata krama berbahasa. Misalnya, tayangan televisi yang bertolak belakang dengan prinsip tata kehidupan dan tata krama orang Timur. Sementara itu, sekolah juga kurang memperhatikan kesantunan berbahasa dan lebih mengutamakan kualitas otak siswa dalam penguasaan iptek

Selain itu, kesantunan berbahasa sering pula diabaikan dalam lingkungan keluarga. Padahal, belajar bahasa sebaiknya dilaksanakan setiap hari agar anak dapat menghayati betul bahasa yang digunakannya. Anak belajar tata santun berbahasa mulai di lingkungan keluarga.

Nilai-nilai kesantunan berbahasa dalam beragama juga merupakan salah satu kewajiban manusia yang bentuknya berupa perkataan yang lembut dan tidak menyakiti orang lain. Kesantunan dipadankan dengan konsep qaulan karima yang berarti ucapan yang lemah lembut, penuh dengan pemuliaan, penghargaan, pengagungan, dan penghormatan kepada orang lain. Berbahasa santun juga sama maknanya dengan qaulan ma’rufa yang berarti berkata-kata yang sesuai dengan nilai-nilai yang diterima dalam masyarakat penutur.

Oleh karena  itu,  pendidikan  etika  berbahasa  memiliki  peranan yang sangat penting. Pemerolehan pendidikan kesantunan berbahasa sangat diperlukan sebagai salah satu syariat dalam beragama. Dengan kesantunan, dapat tercipta harmonisasi pergaulan dengan lingkungan sekitar. Penanaman kesantunan berbahasa juga sangat  berpengaruh positif terhadap kematangan emosi seseorang. Semakin intens kesantunan berbahasa itu dapat ditanamkan, kematangan emosi itu akan semakin baik. Aktivitas berbahasa dengan emosi berkaitan erat. Kemarahan, kesenangan, kesedihan, dan sebagainya tercermin dalam kesantunan dan ketidaksantunan itu.

Berbahasa santun seharusnya sudah menjadi suatu tradisi yang dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun. Apabila dibiarkan, tidak mustahil rasa kesantunan itu akan hilang sehingga anak itu kemudian menjadi orang yang arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan agama. Tentu saja, kondisi itu tidak diharapkan oleh orangtua dan masyarakat manapun.

Sumber: Kosasih, 2010 dalam Suherli, dkk, 2017.

       Teks seperti itulah yang sering kali disebut sebagai ceramah. Mungkin ada pula yang mengatakannya sebagai teks pidato. Teks seperti itu dapat kita peroleh dalam berbagai kesempatan. Di sekolah mungkin saja hampir setiap hari kita mendapatkannya, baik dari guru, kepala sekolah, pembina OSIS, dan pihak-pihak lainnya. Di lingkungan masyarakat pun sering kali kita mendapatkan ceramah. Dari teks semacam itu, kita dapat memperoleh tambahan pengetahuan, informasi, dan wawasan.

       Dengan memperhatikan contoh tersebut, dapatlah kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan ceramah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya. Yang menyampaikan adalah orang-orang yang menguasai di bidangnya dan yang mendengarkan biasanya melibatkan banyak orang. Medianya bisa langsung ataupun melalui sarana komunikasi, seperti televisi, radio, dan media lainnya.

       Selain itu, ada pula yang disebut dengan pidato dan khotbah. Untuk memahami kedua hal tersebut, cermatilah perbedaan di antara keduanya.

1.    Pidato adalah pembicaraan di depan umum yang cenderung bersifat persuasif, yakni berisi ajakan ataupun dorongan pada khalayak untuk berbuat sesuatu

2.    Khotbah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi penyampaian pengetahuan keagamaan atau praktik beribadah dan ajakan-ajakan untuk memperkuat keimanan


Kegiatan II

Menemukan Informasi dan Permasalahan Aktual dalam Teks Ceramah
Dalam pembelajaran sebelumnya, kamu sudah mengenal jenis pembicaraan yang disebut dengan ceramah. Sekarang, kita akan mengenali jenis informasi ataupun pemasalahan yang mungkin kita dapatkan dari suatu ceramah.
Informasi disebut pula penerangan informasi bersifat publisitas; ditujukan untuk umum (publik). Informasi dalam media massa umumnya bersifat aktual. Demikian pula yang disampaikan melalui ceramah- ceramah yang biasanya berkaitan dengan isu-isu terhangat
Jenis-jenis informasi dapat dikategorikan sebagai berikut.

1. Informasi berdasarkan fungsi yaitu informasi yang bergantung pada materi dan juga kegunaan informasi. Yang termasuk informasi jenis  ini adalah informasi yang menambah pengetahuan, informasi yang mengajari pembaca (informasi edukatif), dan informasi yang hanya menyenangkan pembaca yang bersifat fiksional (khayalan). Informasi yang menambah pengetahuan, misalnya, tulisan tentang pergantian kurikulum. Informasi edukatif, misalnya, tulisan tentang teknik belajar yang jitu. Selanjutnya, informasi yang menyenangkan, misalnya, cerita pendek, karikatur, dan komik.

2.  Informasi berdasarkan format penyajian yaitu informasi berdasarkan bentuk penyajian informasinya. Di media massa dikenal berbagai bentuk penyajian yaitu dalam bentuk tulisan, foto, kartun, ataupun karikatur. Dalam bentuk tulisan dikenal bentuk berita, artikel, karangan khas (feature), resensi, kolom, dan karya fiksi.

3. Informasi berdasarkan lokasi peristiwa yaitu informasi berdasarkan tempat kejadian peristiwa berlangsung. Dengan demikian, informasi dibagi menjadi informasi daerah, nasional, dan mancanegara.

4. Informasi berdasarkan bidang kehidupan yaitu informasi berdasarkan bidang-bidang kehidupan yang ada. Bidang-bidang yang biasanya dibedakan itu, misalnya pendidikan, olahraga, musik, sastra, budaya, dan iptek

5.  Informasi berdasarkan bidang kepentingan yaitu dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut.

a.      Informasi yang menyangkut keselamatan atau kelangsungan hidup pembaca.

b.     Informasi yang menyangkut perubahan dan berpengaruh pada kehidupan pembaca.

c.      Informasi tentang cara atau kiat baru dan praktis bagi pembaca untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

d.     Informasi tentang peluang bagi pembaca untuk memperoleh sesuatu.


LATIHAN

Jawablah dengan benar dan jelas!

1.     Apa manfaat jika kamu mendengarkan ceramah?

2.     Apa manfaat jika kamu menyajikan ceramah?

3.     Kapan dan di mana saja kesempatan mendengarkan ceramah itu dapat kita ikuti?

4.     Bagaimana persamaan dan perbedaan antara ceramah dengan pidato serta khotbah?

5.     Informasi/pengetahuan apa saja yang dapat kamu peroleh dari teks ceramah di atas? Jelaskan!

6.     Manakah    informasi         yang    berkaitan         dengan            masalah          bahasa? Jelaskan!

a.    Kesantunan itu penting untuk diperhatikan dalam berbagai kesempatan.

b.    Setiap budaya memiliki pola berinteraksi yang cenderung berbeda-beda

c.    Dalam ekspresi seseorang itu terdapat banyak pesan yang harus kita perhatikan

d.    Terjadi salah pengertian antara mereka sehingga sering terjadi pertengkaran

e.    Seminar itu akan dipublikasi- kan hasilnya di media massa nasional.

7.     Berdasarkan fungsinya, termasuk jenis manakah informasi di bawah ini: edukatif (E), persuatif (P), atau rekreatif (R).

a.    Banyak cara yang dapat kita lakukan di dalam rangka meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

b.    Kebahagiaan itu datangnya bukan dari orang lain, tetapi dari diri sendiri.

c.    Perjalanan ke kota itu sungguh mengesankan manakala diiringi rintik- rintik hujan yang menggoda.

d.    Sudah hampir sepuluh tahun peristiwa itu berlalu, tetapi pesan-pesannya tetap teringat sampai sekarang.

e.    Hendaknya kita tidak melupakan kebaikan-kebaikannya meskipun sesekali ia pernah mengecewakan kita; itu memang sudah biasa dan wajar.

 

Sumber: Suherli,dkk. Bahasa Indonesia Kelas XI. Puskurbuk Kemdikbud 



Sabtu, 03 Oktober 2020

Mendata Pokok- Pokok Isi Anekdot

 

Kata Kunci: Teks Anekdot

Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mendengar atau membaca cerita lucu. Cerita lucu tersebut bisa jadi hanya merupakan cerita rekaan, tetapi banyak juga yang didasarkan atas kejadian nyata. Ada cerita lucu yang dibuat benar-benar untuk tujuan menghibur, tetapi ada juga yang digunakan untuk tujuan lainnya.

Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata

Anekdot dan humor memiliki persamaan, yakni sama- sama mengandung cerita lucu, menghibur. Perbedaannya, kalau humor hanya sekadar lucu, menghibur, sedangkan anekdot, lucu tetapi mempunyai tujuan tertentu yakni mengkritik atau menyindir secara halus.

 Perhatikan Kedua Teks Anekdot berikut ini, kemudian jawablah pertanyaan yang menyertainya!

Teks Anekdot I

Dosen yang juga Menjadi Pejabat (teks anekdot berbentuk dialog)


Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang

Tono              :     “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”

Udin              :     “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”

Tono              :     “Ya, Udin tahu sebabnya.”

Udin              :     “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”

Tono              :     “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”

Udin              :     “Loh, apa hubungannya.”

Tono              :     “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”

Udin              :     “???”

 

 

Teks Anekdot II

Cara Keledai Membaca Buku (teks anekdot berbentuk narasi/ prosa)

Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati.  Namun,  Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin

Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu, ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.

Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut dan membuka sampulnya.

Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.

“Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar  bukunya”, kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban, “Bagaimana cara mengajari keledai membaca?”

Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran- lembaran besar mirip buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu. Kalau tidak ditemukan biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik balik halaman buku itu”.

“Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya”. Jadi, kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan?” kata Nashrudin dengan mimik serius

 

Dari dua contoh anekdot di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

1.            Siapa yang diceritakan dalam anekdot tersebut?

2.            Masalah apa yang diceritakan dalam anekdot?

3.            Temukan unsur humor dalam anekdot tersebut!

4.       Menurut  pendapatmu,  selain  menceritakan   hal   yang   lucu,  adakah  pesan tersirat yang hendak disampaikan pencerita dalam anekdot tersebut?

5.            Mengapa cerita lucu tersebut disebut anekdot?

6. Apa persamaan anekdot dengan humor?

7. Apa perbedaan anekdot dengan humor?