Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:
1.
memahami informasi
berupa pengetahuan dan urutan kejadian dari
yang didengar atau dibaca;
2.
menemukan gagasan
umum dan fakta penting dalam teks eksplanasi.
Pernahkah kamu
mendengar atau membaca informasi
mengenai fenomena atau peristiwa
yang terjadi di lingkunganmu? Fenomena atau
peristiwa tersebut, seperti hujan deras,
gempa bumi, angin puting beliung, dan yang lainnya.
Selain itu, kita sering pula mendengar peristiwa-peristiwa yang terkait dengan
masalah sosial dan budaya, misalnya seorang siswa SMA yang berhasil menjuarai
lomba penelitian remaja, lomba salah satu jenis olahraga, atau siswa SMK yang berhasil
menciptakan alat pendeteksi gempa bumi. Mungkin juga,
kamu membaca peristiwa politik dan ekonomi, misalnya tentang pemilihan
kepala daerah yang dilakukan secara serentak
atau tentang investasi asing yang
mulai merambah ke daerah-daerah. Informasi tentang peristiwa atau fenomena tersebut disajikan dalam
jenis teks eksplanasi.
Memahami Informasi dalam Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi dapat
disamakan dengan teks yang menceritakan prosedur atau proses terjadinya fenomena. Dengan teks tersebut, pembaca
dapat memperoleh pemahaman mengenai latar belakang terjadinya fenomena secara
jelas dan logis. Teks eksplanasi
menggunakan banyak fakta dan pernyataan-pernyataan yang memiliki hubungan sebab
akibat (kausalitas). Namun, sebab-sebab
ataupun akibat-akibat itu berupa
sekumpulan fakta menurut penulisnya.
Perhatikan contoh teks berikut ini!
Demonstrasi Massa
Akhir-akhir ini demonstrasi kerap terjadi hampir setiap waktu
dan terjadi di berbagai tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang
lumrah di tengah-tengah masyarakat kita. Menanggapi fenomena tersebut, seorang
kepala daerah menyatakan bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain
adalah faktor laparnya masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan
Brunei yang adem ayem, lantaran
kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu
jarang terjadi.
Tentu saja komentar
tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka
memprotes dan meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima dan tidak
merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian
bahwa demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan
kebenaran dan melawan kemungkaran yang terjadi di hadapannya.
Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang benar; sang bupati atau pihak mahasiswa ataupun komponen-komponen masyarakat
lainnya? Barangkali logika sang bupati dikaitkan dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya. Kalau seorang bayi merasa lapar, ia akan ngamuk: menangis dan meronta-ronta. Namun, apabila logika sang bupati dibawa
pada konteks yang lebih luas,
jelaslah tidak relevan,
misalnya membandingkan dengan kondisi rakyat di Malaysia ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak seperti halnya rakyat Indonesia yang gampangan.
Demonstrasi massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut,
bahkan banyak peristiwa yang sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam
kaitannya dengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar adalah
makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak adalah kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Namun demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih
didasari oleh kebutuhan tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena
membutuhkan pengakuan dari pemerintah ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan
eksistensi mereka diakui. Karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan
dinistakan, kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan cara
berdemonstrasi.
Banyak fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awal-
awal reformasi di negeri ini pada tahun 1997–1998,
bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang
lapar. Justru hal itu dilakukan oleh
warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah mahasiswa dan golongan
intelektual. Belum lagi kalau merujuk
pada kasus-kasus yang terjadi di luar negeri.
Dalam beragam skala (besar atau kecil),
demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa. Demonstrasi
yang mereka lakukan sudah tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar
karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur.
Perbandingan yang cukup kontras dengan melihat peristiwa
terbaru di Korea Utara. Kondisi sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh
terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh
pelosok negeri. Akan tetapi, ketika
Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya.
Padahal peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir
seluruh warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.
Demikian pula jika kita melihat kembali kondisi masyarakat di
negara tersebut. Kemiskinan sangat
akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi,
mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh
lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang
secara umum mereka lebih makmur.
Dengan fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes dan menyampaikan sejumlah tuntutan. Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apa pun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggut- manggut dan berkata “ya” pada apa pun tindakan dari pimpinannya meskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.
(Sumber:
Kosasih)
Teks di atas
terdiri atas paragraf-paragraf yang merupakan paparan tentang akibat dan sebab
maraknya demonstrasi di tengah-tengah masyarakat. Teks itu pun dapat
dikelompokkan sebagai teks eksplanasi. Dari teks semacam itu diharapkan para
pembaca dapat memahami proses berlangsungnya suatu peristiwa yang bersifat
kausalitas dengan sejelas- jelasnya.
Dalam teks
eksplanasi, penulis menggunakan banyak fakta yang fungsinya sebagai
penyebab atau akibat terjadinya suatu peristiwa. Bahkan, dapat dikatakan bahwa teks
eksplanasi hampir semuanya berupa fakta. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan kembali paragraf keenam dan ketujuh di atas.
Paragraf tersebut dibentuk oleh empat buah kalimat yang semuanya berupa fakta.
Fakta I
Kondisi sosial
ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi,
ketika Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak
ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal peluang untuk itu
lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir seluruh warganya menunduk khidmat,
mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat
Fakta II
Juga apabila
kembali melihat kondisi
warga di negeri ini.
Kemiskinan sangat akrab
di pinggiran kota dan di
sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan
tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih
getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka
lebih makmur
Perhatikan
pula contoh lainnya di bawah ini!
Kalau memang sudah terkena anemia, jenis-jenis asupan alamiah seperti dari makanan, sudah tak praktis lagi. Ini disebabkan, makanan berzat besi perlu dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan itu tak memungkinkan. Makanya, asupan zat besi perlu ditambahkan sampai anemianya terkoreksi. Biasanya, mereka merasa sehat kembali setelah satu atau dua hari berikutnya jika mengonsumsi asupan zat besi. Namun, itu menghilangkan gejalanya saja. Padahal, penyakitnya masih ada sewaktu-waktu bisa muncul kembali. Oleh karena itu, agar anemia terkoreksi, dibutuhkan zat besi yang cukup sebagai cadangan di dalam tubuh. Cadangan zat besi itu berguna untuk mengganti sel darah merah yang hilang. Biasanya, asupan itu terus dikonsumsi selama satu–tiga bulan sampai anemianya terkoreksi betul
Teks di atas juga
tergolong ke dalam
bentuk teks eksplanasi. Di dalamnya
tergambar suatu paparan proses. Teks tersebut
memaparkan secara kausalitas tentang proses penyembuhan penyakit anemia.
Pembacanya pun memperoleh pemahaman yang sangat jelas tentang cara-cara
penyembuhan penyakit itu. Dengan contoh di atas, teks yang menjelaskan suatu proses, urutan
kegiatan yang bersifat kausalitas, dapat digolongkan ke dalam teks eksplanasi
TUGAS SISWA
1.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di
bawah ini!
a.
Apa yang
menjadi dasar jika
teks tersebut dinamakan teks eksplanasi?
b.
Bagaimana ciri umum dari teks eksplanasi?
c.
Teks eksplanasi
dibentuk oleh unsur apa saja?
d.
Apa yang
dimaksud dengan hubungan kausalitas dalam teks eksplanasi?
e.
Apa fungsi
fakta dalam teks eksplanasi?
2. Bacalah beberapa
teks di bawah
ini dengan cermat.
Kemudian, tentukan manakah
yang termasuk ke dalam teks eksplanasi.
a.
Pertanian yang
dilakukan secara konvensional sudah ketinggalan zaman. Cara bertani
konvensional ini dipandang tidak mampu meningkatkan produksi dan kualitas
pangan jika dilihat dari tingkat kebutuhan pangan. Untuk mengatasi masalah ini
sekarang sedang dikembangkan bioteknologi yang diharapkan mampu melipatgandakan
produksi pangan sekaligus meningkatkan kualitasnya.
b.
Satu-satunya bidang
pembangunan yang tidak mengalami
imbas krisis ekonomi adalah sektor-sektor di bidang pertanian. Misalnya,
perikanan masih meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65 persen; demikian pula
perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun
terkena kebakaran sepanjang tahun, sektor kehutanan masih tumbuh 2,95
persen. Secara umum, kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk
domestik bruto (PDB) meningkat dari 18,07 persen
menjadi 18,04 persen.
Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sektor pertanian merosot dari
tahun ke tahun.
c.
Sejak sekolah dasar
aku dididik mandiri oleh ibuku. Pada saat aku berusia sebelas tahun ibuku
mendidik aku supaya bisa mencari uang sendiri memenuhi kebutuhan sekolahku.
Setiap berangkat sekolah ibuku menyertakan bermacam-macam buah satu tas untuk
dijual di sekolah. Aku melakukannya dengan senang hati. Lama-kelamaan ibuku
menyuruhku untuk membeli dan menjual sendiri tanpa harus dibantu siapa pun.
Kegiatan semacam itu aku lakukan sampai sekarang meskipun aku sudah sekolah di
SMA dengan barang-barang dagangan yang berbeda. Sekarang aku menjual pakaian
dari mutu berkualitas rendah sampai dengan berkualitas tinggi. Yang paling
mengesankan bagiku, sejak dulu sampai sekarang masih tetap ada pembeli setiaku.
d.
Pohon
anggur, di samping buahnya yang digunakan untuk
pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih
wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai
halus. Masaklah hasil
tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah
itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk
membersihkan wajah. Insyaallah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.
e.
Pada masa lalu bila
seseorang ingin menabung atau mengambil
uang di bank, harus datang ke bank tersebut dengan memenuhi segala
persyaratannya. Demikian juga bila seorang nasabah mau mentransfer dana ke
rekening lain, harus datang ke bank tersebut dengan memenuhi segala
persyaratannya. Segala transaksi harus dilakukan di tempat bank itu berada.
Sekarang, para nasabah
bank dipermudah dengan teknik layanan baru. Bila mau mengadakan
transaksi mulai dari menabung, mengambil uang, mengecek saldo akhir hingga bayar rekening
telepon, dan lain-lain dapat dilakukan dari
jarak jauh tinggal tekan tombol. Telebanking
merupakan inovasi baru untuk mempermudah para nasabah melakukan berbagai
kegiatan transaksi perbankan.
Sumber: Suherli. 2017. Bahasa Indonesia. Jakarta: Puskurbuk. Kemdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar